RSS

Makalah Pendidikan Karakter


MAKALAH
“Pendidikan Karakter Untuk Generasi Masa Kini”

Oleh :
Nur Ainun Najah









Universitas Muhammadiyah Malang
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Komunikasi
Juni 2014




Kata Pengantar


Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada Allah STW, yang karena bimbingannyalah maka penulis bisa menyelesaikan sebuah karya tulis berjudul "Pendidikan Karakter Untuk Generasi Masa Kini"

Makalah ini dibuat dengan mengacu pada berbagai sumber sehingga insyaallah dapat  menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua



                                                                                                            Lamongan ,15 Juni 2014

                                                                                                                                                                                                                                                                        Penulis








DAFTAR ISI

Kata Pengantar    ……………………………………………………………..  i
Daftar Isi   ……………………………………………………………………    ii
Bab I       PENDAHULUAN   ……………………………………………….    1
          1.1  Latar Belakang  ……………………………………………………    1
          1.2  Rumusan Masalah ……………………………………………….....   2
          1.3  Tujuan Masalah   …………………………………………………...   2
Bab II      PEMBAHASAN  …………………………………………………..  3
          2.1  Pengertian Pendidikan Karakter ………………………………........  3
          2.2  Pendidikan Karakter Dalam Pandangan Islam...…………………....  4
          2.3  Fungsi Pendidikan Karakter untuk Mengatasi Kenakalan Remaja...   9
          2.4  Nilai-Nilai Dalam Pendidikan Karakter............................................. 10
Bab III    PENUTUP  ……………………………………………………….    13
          3.1  Kesimpulan  ………………………………………………………..  13
          3.2  Saran  ………………………………………………………………. 13
Daftar Pustaka   ……………………………………………………………….14










               BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Pendidikan hingga kini masih dipercaya sebagai media yang sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terus-menerus dibangun dan dikembangkan agar dari proses pelaksanaannya menghasilkan generasi yang diharapkan.

Demikian pula dengan pendidikan di negeri tercinta ini. Bangsa Indonesia tidak ingin menjadi bangsa yang bodoh dan terbelakang, terutama dalam menghadapi zaman yang terus berkembang di era kecangihan teknologi dan komunikasi. Maka, perbaikan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak mulia terus diupayakan melalui proses pendidikan.
Namun ternyata pada kenyataannya pendidikan saja dirasa belum cukup bila meninjau pada cerminan akhlaq generasi masa kini, pendidikan formal yang banyak menciptakan keunggulan dalam intelektualitas tiap individu tidak berbanding lurus dengan akhlaq yang unggul pula.
Banyak generasi muda yang hebat dengan intelektualitas tinggi yang tak memiliki keanggunan moral dalam kehidupannya, sehingga potensi yang dimiliki seringkali berbelok kepada hal hal yang negatif. Dimana kehebatan dalam diri individu tersebut seringkali tersia sia atau bahkan digunakan untuk menyakiti bahkan menindas orang lain.
Oleh karena itu, pada era ini sangat diperlukan adanya pendidikan karakter untuk tiap individunya. Guna mengarahkan potensi yang dimiliki menuju jalan yang lebih baik dan bermanfaat. Sehingga, akan seimbang antara intelektual hebat dengan moral yang mulia untuk penerapan potensi diri yang dimiliki . dengan demikian akan tercipta generasi muda yang unggul intelektualitas dan anggun moralitasnya.


1.2  Rumusan Masalah
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Adapun beberapa masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini antara lain:
·         Apa pengertian dari pendidikan karakter ?
·         Bagaimana pandangan islam mengenai pendidikan karakter ?
·         Bagaimana fungsi dari Pendidikan karakter untuk menanggulangi permasalahan kenakalan remaja ?
·         Apa saja nilai-nilaiyang ada dalam pendidikan karakter ?



1.3  Tutujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang disusun oleh penulis di atas, maka tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
·         Untuk mengetahui tentang apa itu pendidikan karakter.
·         Untuk mengetahui bagaimana pandangan islam terhadap pendidikan karakter.
·         Untuk mengetahui apa saja fungsi dari pendidikan karakter dalam menanggulangi permasalahan kenakalan remaja.
·         Untuk mengetahui apa saja nilai yang terdapat dalam pendidikan karakter.












BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Karakter

Karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik didalam masyarakat. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan
sarana, prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
“Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk anak-anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga membentuk mereka menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan menyumbangkan perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih adil, baik, dan manusiawi.”(Doni Koesoema A.Ed)










Sedangkan menurut  kamus psikologi,
karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif
 Nilai-nilai dalam pendidikan karakter, Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu , Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif,Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli social, Tanggung jawab.


2.2 Pendidikan Karakter Dalam Pandangan Islam
Generasi islam masa kini sangat berbeda dengan para pendahulunya, generasi masa kini cenderung lebih suka dengan gaya hidup kaum barat yang lebih banyak membawa sisi negatif bagi diri mereka, banyak sekali aspek kehidupan kaum generasi masa kini yang sudah melenceng jauh dari norma-norma yang ada, baik dari segi penampilan, cara berkomunikasi, cara berinteraksi antara satu dengan yang lain, hingga gaya hidup mereka yang cenderung menuju kepada gaya hidup hedonisme. Sudah sangat jarang dapat kita temui generasi islam masa kini yang akhlaq atau tingkah lakunya sesuai dengan norma-norma yang ada ,Oleh sebab itu pada masa ini pendidikan karakter dirasa sangat penting dan sangat diperlukan oleh para generasi kita.
Adapun program pendidikan karakter yang baik seyogyanya memenuhi enam prinsip pendidikan akhlaq, yaitu:

Ø  Menjadikan Allah Sebagai Tujuan

Perbedaan mendasar antara masyarakat sekular dengan Islam terletak pada cara memandang Tuhan. Masyarakat sekular hanya mengimani “ide ketuhanan” karena ide ini berpengaruh baik bagi perilaku manusia. Mereka tidak ambil pusing apakah yang diimani benar-benar wujud atau sekedar khayalan . Sebuah penelitian menunjukkan, 80% responden menyatakan bahwa mencuri tetap salah sekalipun diperintahkan Tuhan , Kaum secular mengurung agama dalam interpretasi kemanusiaan.

Islam mengimani Allah sebagai Tuhan yang wujud sehingga ketaatan kepadaNya menjadi mutlak. Islam bukanlah agama sekular yang memasung agama dalam dinding kehidupan privat. Agama tidak diakui sekedar diambil manfaatnya. Agama merupakan penuntun kehidupan dunia menuju keridhaan Allah. “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” [QS. al-Dzaariyaat 56]
                Keridhaan Allah merupakan kunci sukses kehidupan. Ilmu, kecerdasan, maupun rizki hanya mungkin dicapai apabila Allah menganugerahkannya kepada manusia . Untuk menggapai

Ø  Memperhatikan Perkembangan Akal Rasional

Perilaku manusia dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahamannya tentang hidup . Pendidikan karakter tidak akan membawa kesuksesan apabila murid tidak memahami makna-makna perilaku dalam kehidupannya. Untuk itu, Islam sangat menekankan pendidikan akal. Allah Swt menyebutkan keutamaan orang-orang yang berpikir dan mempunyai ilmu dalam berbagai ayat, salah satunya adalah QS. at-Thariq [86] ayat 5 (yang artinya): Maka hendaklah manusia memperhatikan (sehingga memikirkan konsekuensinya) dari apakah dia diciptakan?
Akal adalah alat utama untuk mencapai keimanan. Akal harus diasah dengan baik sehingga manusia memahami alasan perilaku baiknya.
Pada tahap awal pendidikan, anak-anak memerlukan doktrinasi. Orang tua tidak boleh membiarkan mereka memukul teman atau bermain api walaupun mereka belum memahami alasan pelarangan itu. Namun, sejalan dengan usia, akal manusia mulai mempertanyakan alasan rasional. Keingintahuan ini tidak boleh diabaikan. Salah satu cara untuk mengasah akal adalah dengan perumpamaan dan dialog (Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, 1995). Rasulullah Saw sering melakukan dialog dengan para sahabatnya dalam rangka mengasah kemampuan akal mereka. Salah satunya tergambar dalam hadist berikut: “Apakah pendapat kalian, jika sebuah sungai berada di depan pintu salah satu dari kalian, sehingga ia mandi darinya sehari lima kali; apakah akan tersisa kotoran pada badannya?” Para sahabat menyahut, “Tidak sedikit pun kotoran tersisa pada badannya.” Nabi


melanjutkan, “Demikianlah seperti shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan.” [HR. Muslim]
Dialog antara pendidik dan anak didik harus selalu dipelihara. Pendidik harus cerdas sehingga mampu mengimbangi pertanyaan-pertanyaan dari anak didik. Pendidik memberikan kesempatan kepada anak didik untuk memikirkan persoalan yang dihadapi dan mengarahkannya pada solusi Islam.

Ø   Memperhatikan Perkembangan Kecerdasan Emosi

Perilaku manusia banyak terpengaruh oleh kecenderungan emosinya , Pendidikan karakter yang baik memperhatikan pendidikan emosi, yaitu bagaimana melatih emosi anak agar dapat berperilaku baik. Penelitian menunjukkan bahwa program pendidikan karakter yang efektif harus disertai dengan pendidikan emosi .
Pembangunan kecerdasan emosi juga Rasulullah Saw lakukan melalui upaya meningkatkan kedekatan hamba kepada Allah Swt. Disebutkan dalam sebuah hadits qudsi: “Jika seorang hamba bertaqarrub kepadaKu sejengkal, Aku mendekatinya sehasta. Jika ia mendekatiKu sehasta, Aku medekatinya sedepa. Jika ia mendekatiKu dengan berjalan, maka Aku mendekatinya dengan berlari.” (Shahih Bukhari)
Kecerdasan emosi anak didik harus mendapatkan perhatian. Emosi anak yang ditekan dapat menjadikan anak tumbuh sebagai individu yang masa bodoh . Kehebatan akal yang tidak didukung dengan kecerdasan emosi menyebabkan manusia melakukan tindakan spontan yang bertentangan dengan rasional dan nilai-nilai akhlaq.

Ø   Praktik Melalui Keteladanan dan Pembiasaan

Lingkungan masyarakat yang mempraktikkan akhlaqul karimah merupakan bentuk keteladanan dan pembiasaan terbaik. Penelitian menyebutkan bahwa perilaku anak lebih ditentukan oleh lingkungannya daripada kondisi internal si anak . Keteladanan dan pembiasaan merupakan faktor utama dalam mengasah kecerdasan emosi .


Dalam mendidik karakter umat Islam, Rasulullah Saw menjadikan dirinya suri teladan terlebih dahulu sebelum menuntut umatnya mempraktikkannya. Prinsip inilah yang harus dipegang teguh oleh para pendidik. Bahkan, para teladan harus menunjukkan kebaikan yang lebih besar dari apa yang dituntut atas anak-anak sehingga anak-anak menjadi lebih termotivasi dalam menjalankan kebaikan.
Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah Saw selalu berpegang teguh kepada perilaku terpuji sesuai ajaran Islam, sehingga Aisyah ra. menyatakan: “Akhlaq Rasulullah Saw adalah (sesuai) al-Qur’an.” (HR. Muslim)
Rasulullah Saw memberikan keteladanan sekaligus membiasakan perbuatan baik melalui penerapan Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Larangan zina, misalnya, didukung dengan langkah-langkah untuk menjauhkan manusia dari berzina, seperti larangan untuk berdua-duaan, kewajiban untuk menutup aurat, serta pelaksanaan hukuman bagi pelaku zina.

Ø   Memperhatikan Pemenuhan Kebutuhan Hidup

Karakter tidak dapat dilepaskan dari pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Seseorang yang beristri lebih mudah untuk menghalau keinginan berzina daripada mereka yang membujang. Seseorang yang kenyang akan terhindar dari mencuri makanan. Tindakan kriminalitas sering terjadi akibat tekanan kebutuhan.
Islam memerintahkan negara untuk menjamin kebutuhan pokok masyarakat. Apabila seseorang tidak mampu mendapatkan pekerjaan sendiri, maka negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan untuknya. Apabila seseorang tidak mampu bekerja (cacat, tua, gila, dsb) maka Islam mewajibkan keluarganya untuk menanggung hidupnya. Apabila keluarganya tidak mampu atau tidak memiliki keluarga, maka Islam mewajibkan negara untuk mengurusi segala keperluannya serta jaminan atas kebutuhan dasar hidup memberikan rasa aman bagi tiap-tiap individu dalam masyarakat.
 Masyarakat tidak lagi perlu khawatir biaya sekolah anak cucunya sehingga menumpuk harta melebihi kebutuhannya, bahkan dengan cara-cara tidak halal. Masyarakat lebih rela mengantri apabila ada jaminan bahwa mereka yang mengantri tidak akan kehabisan sembako, tiket, atau kursi. Penumpang pesawat terbang bersedia mengantri dengan tertib

karena jatah kursinya sudah terjamin. Penumpang kereta ekonomi tidak mau mengantri karena mereka harus berebut kursi.

Ø   Menempatkan Nilai Sesuai Prioritas

Pendidikan karakter seringkali tidak efektif karena ada perbedaan prioritas dalam memandang nilai. Ada seorang inividu laki-laki sekolah menengah trauma ke sekolah akibat digundul secara paksa oleh gurunya. Perbedaan persepsi rambut panjang bahkan pernah berujung menjadi tawuran antara orang tua murid dengan guru
Islam memiliki konsep prioritas perbuatan, yang terbagi dalam 5 (lima) kategori, yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Penilaian moralitas tidak terlepas dari kelima tingkatan prioritas ini. Islam tidak melarang laki-laki berambut panjang, namun mewajibkan merapikan dan menjaga kebersihannya .
Pendidik wajib mengetahui kedudukan tiap-tiap perbuatan sebelum mengambilnya sebagai aturan kedisiplinan. Dalam wilayah yang sunnah, mubah, dan makruh, apabila ada hal yang ingin dijadikan aturan kedisiplinan, maka pendidik harus mengkomunikasikan dan mengikutsertakan anak-anak dalam membuat keputusan sehingga mereka memaklumi manfaat aturan tersebut bagi kelangsungan komunitas dan menjalankannya secara bersungguh-sungguh.








 2.3  Fungsi Pendidikan Karakter Untuk Mengatasi Kenakalan Generasi
Pada dasarnya kenakalan generasi menunjuk pada suatu bentuk perilaku generasi yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan generasi yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”.
Menurutt Buchori (Muslich, 2011 )  fungsi pendidikan karakter terdiri atas tiga fungsi yaitu :

1.   Fungsi rehabilitasi 
      fungsi rehabilitasi merupakan upaya memperbaiki perilaku yang tidak baik menjadi baik.

2.  Fungsi pengembangan
     fungsi pengembangan yaitu upaya upaya meningkatkan kemampuan seorang individu dengan memberikan pelayanan yang baik.

3.  Fungsi antisipasi
     fungsi antisipasi yaitu pendidikan karakter berfungsi sebagai pembentuk karakter generasi sehingga mampu membedakan perilaku yang tidak baik menjadi baik.

pada fungsi rehabilitasi, indikator pendidikan karakter dapat dikatakan mengatasi kenakalan generasi yaitu 
 1. pendidikan karakter yang diterapkan berdampak pada pengurangan jumlah anak yang melakukan kanakalan generasi
 2. terjadi perubahan perilaku anak yang berperilaku negatif menjadi lebih baik
3. generasi memahami segala peraturan yang berlaku disekelilingnya
4. pandangan generasi terhadap hukum atau aturan disekelilingnya menjadi positif
 
Dari penjelasan di atas maka dapat di artikan bahwa Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Kemudian fungsi pendidikan karakter adalah mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik, kemudian memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur.


2.4  Nilai - Nilai Pendidikan Karakter
Banyak hal yang menyebabkan adanya penyimpangan sosial ataupun maraknya kenakalan generasi. Hal ini disebabkan karena adanya penyimpangan nilai-nilai yang seharusnya menjadi patokan seorang individu untuk mengolah hidupnya. Oleh sebab itu pada masa ini sangat diperlukan adanya penanaman nilai-nilai tersebut sebagai fondasi seorang individu agar kelak ia tidak akan menyimpang dari norma-norma yang ada.
Dalam penerapan nilai ini peran pendidik sangat penting guna menempa peserta didiknya hingga akan didapatkan hasil yang maksimal dari peserta didik tersebut.
Adapun  nilai dari  pendidikan karakter yang dapat dikembangkan dan diintegrasikan
sebagai pembelajaran antara lain :

1. Kereligiusan, yakni pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang
diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran
agamanya.
2. Kejujuran, yakni perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
3. Kecerdasan, yakni kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas
secara cermat, tepat, dan cepat.
4. Ketangguhan, yakni sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak pernah
putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan
kegiatan atau tugas sehingga mampu mengatasi kesulitan tersebut dalam
mencapai tujuan.
5. Kedemokratisan, yakni cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.


6. Kepedulian, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan
memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) disekitar dirinya
7. Kemandirian, yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
8. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, yakni berpikir dan melakukan
sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
9. Keberanian mengambil risiko, yakni kesiapan menerima risiko/akibat yang
mungkin timbul dari tindakan nyata.
10. Berorientasi pada tindakan, yakni kemampuan untuk mewujudkan gagasan
menjadi tindakan nyata.
11. Berjiwa kepemimpinan, yakni kemampuan mengarahkan dan mengajak
individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dengan berpegang pada asasasas
kepemimpinan berbasis budaya bangsa.
12. Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas
(belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
13. Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan
Tuhan YME.
14. Gaya hidup sehat, yakni segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang
baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan
buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
15. Kedisiplinan, yakni tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
16. Percaya diri, yakni sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap
pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
17. Keingintahuan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar.
18. Cinta ilmu, yakni cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
19. Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, yakni sikap tahu
dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan 
orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.
20. Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, yakni sikap menurut dan taat
terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan
umum.
21. Menghargai karya dan prestasi orang lain, yakni sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
22. Kesantunan, yakni sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa
maupun tata perilakunya ke semua orang.
23. Nasionalisme, yakni cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
24. Menghargai keberagaman, yakni sikap memberikan respek/hormat terhadap
berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan
agama .
Dari semua nilai yang ada, pendidik dapat memilih beberapa nilai yang dianggap paling vital atau paling penting sesuai dengan kebutuhan dari peserta didiknya. Sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan maksimal.











BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
                  Dari pembahasan diatas penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu :
Pendidikan karakter sangat diperlukan oleh para generasi muda masa kini, hal ini dikarenakan telah terjadi banyak penyimpangan norma yang disebabkan karena adanya kecenderungan untuk lebih mengikuti gayan hidup kaum barat yang notabennya tidak sesuai dengan adab atau norma yang ada di negara kita ini yang mayoritas penduduknya beragama islam.
Dalam pendidikan karakter juga terdapat banyak nilai-nilai yang dapat kita jadikan sebagai indikator keberhasilan dari pendidikan karakter yang telah dilakukan sehingga pembelajaran yang dilakukan akan berlangsung lebih maksimal.

 3.2 Saran
Pendidikan karakter lebih baik diterapkan semenjak dini, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti penyimpangan atau pelanggaran norma di masa kedepannya. Agar tercipta generasi yang unggul intelektualitas dan anggun moralitasnya.

Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat untuk banyak orang, khususnya bagi pembaca..
Amiiiin....






DAFTAR PUSTAKA